Sunday, October 23, 2016

Selamat Datang Alesha!

Malam itu adalah minggu ke-38 kehamilan istri tercinta, namun belum ada tanda-tanda bayi yang dikandung istri untuk dilahirkan. Dokter mengatakan, tenang saja kalau belum ada tanda-tanda tanggal 15 kontrol lagi ya bu. Keluarga istri adalah keluarga di lingkungan kesehatan, banyak informasi yang masuk dan jadi bahan pertimbangan, termasuk jika terlalu lama janin ada di dalam kandungan.. nyawa janin yang akan menjadi taruhannya. Keluarga memutuskan untuk mencari second opinion serta  pemeriksaan lebih lanjut terhadap janin kami. RSI Aisyiyah di seberang SMA 5 Malang jadi pilihan karena ada saudara yang bekerja di Rumah Sakit tersebut.

Setelah konsultasi dengan Dokter, NST dilakukan untuk memeriksa kondisi detak jantung janin. Hasil NST menunjukkan kondisi bayi sudah mulai stress karena terlalu lama ada di dalam Rahim.. yang berarti sudah waktunya bayi dilahirkan. Istri diminta untuk MRS (Masuk Rumah Sakit), saat itu saya sendiri masih di Jakarta dan saya katakan siap untuk berangkat ke Malang. Tiket dibeli, dan kondisi seperti ini kartu kredit memang sangat berguna.

Kamis pagi, istri video call memberi informasi harus SC (Operasi Sesar). Saya meyakinkan operasi SC adalah pilihan terbaik untuk saat ini, tentu saja demi kesahatan bayi dan ibu. Bagi kami operasi tersebut adalah pilihan terakhir dalam proses melahirkan namun kondisi mengatakan operasi sesar harus dilakukan. Sebelumnya sudah dilakukan induksi, namun reaksi yang ditunggu tidak kunjung datang bahkan bayi berubah posisi menjadi melintang. Dokter mengatakan operasi menjadi satu-satunya pilihan dan operasi akan dilakukan Pukul 16.30. Untuk mempersiapkan diri, video youtube tentang operasi sesar saya hatamkan dan memang tidak menakutkan seperti yang saya kira.

Setiba di Bandara Abdurrachman Saleh Malang, Mertua menjemput dan perjalanan hari itu sangat efisien bagi saya. Bagaimana tidak, saya berangkat pukul 10.30 dari kos di Jakarta, pukul 2 siang sudah ada di Malang. Pukul 14.30 saya sudah di RSI Aisyiyah malang dan bertemu dengan istri tercinta, namun ternyata operasi mundur menjadi pukul 20.00 dikarenakan dokter berhalangan pada sore hari.

Pada pukul 19.30 setelah kami sholat isya’ istri dibawa masuk ke Ruang Operasi, saya diminta untuk segera bersiap jika dipanggil untuk masuk ke dalam menemani istri. Persiapan cukup panjang untuk melakukan operasi, hingga pukul 21.30 saya diijinkan masuk ruang operasi untuk menemani istri. Ketika saya masuk, saya kaget karena operasi sudah sampai pembukaan jaringan dan anastesi sudah dilakukan. Saya merasakan situasi ruang operasi cukup mendukung dan semua tampak tenang melakukan operasi hingga sesuatu terjadi.. Bayinya sembunyi karena terusik tindakan operasi sesar. Air ketuban dikeluarkan dan dibersihkan dan Alhamdulillah posisi air ketuban jernih. Situasi kemudian berubah menjadi menegangkan ketika bayi sulit untuk dikeluarkan, semua upaya kerjasama tim operasi dilakukan. Saya menjadi saksi mata semua proses itu, istri diminta untuk nafas panjang untuk menjaga ritme detak jantung tetap stabil. Semua org berdoa dan teriakan kami “Allahu Akbar!!” keluarlah bayi mungil nan cantik kami dengan kerjasama empat orang. Ari-ari terurai kemudian diklep dan dipotong, keajaiban ada di depan mata kami. Alhamdulillah telah lahir putri kami sekaligus anak pertama pada hari Kamis Malam Jumat tanggal 13 Oktober 2016 pukul 20.50 dengan berat 3,1 kg panjang 50cm. Setelah bayi lahir, ada yang bilang "lhooo bunder" kemudian semua menoleh ke arah saya.. -_-". Kami memberi nama anak kami Alesha Arsana Azzahra. Alesha berarti selalu dilindungi Allah, Arsana berarti selalu gembira, dan Azzahra yang berarti luar biasa & cerdas. Nama ini merupakan doa kami sebagai orang tua untuk putri tercinta kami, Aamiinn.




Namun, saya masih belum bisa senang karena bayi tidak menangis sama sekali, bidan dan perawat melakukan pembersihan, nafas buatan, serta memonitor kondisi bayi. Saya meliihat sendiri si kecil dengan tenangnya dibersihkan. Kondisi bayi yang tidak menangis saat lahir menunjukkan berbagai kemungkinan gangguan pernafasan, syaraf, dll. Karena itu observasi lebih lanjut perlu dilakukan.


Saat saya keluar, ibu mertua yang enerjik dan awet muda ini sudah menunggu dari tadi dan “Oweeekk” suara bayi kami terdengar, wajahnya sumringah gembira mendengar suara cucu pertamanya. Rumah sakit RS Aisyiyah adalah rumah sakit yang mendukung IMD dan mengutamakan ASI Eksklusif, cocok sudah dengan kemauan kami. IMD dilakukan namun belum berhasil karena kondisi sang ibu belum memungkinkan, bayi terpaksa masuk ruang Perinatologi untuk dilakukan observasi lebih lanjut.


Keesokan harinya, kami diminta untuk menyediakan ASI untuk bayi. saya mulai bergerak cepat meminta bantuan adik yang ada di mergosono untuk mobilitas mencari Pompa ASI serta botol tambahan. Namun dengan segala upaya kami ternyata belum bisa disediakan mungkin karena rangsangan bayi belum memicu produksi ASI. Jumat pukul 10 pagi, dokter membolehkan bayi untuk rawat gabung dengan sang ibu.. istri senang banget krn akan ketemu lagi dengan putrinya, setelah menyusui dilakukan dan efek Oxytocin sudah mulai terlihat dan Alhamdulillah ASI bisa keluar. Mungkin disini saya sudah mulai lega melihat istri dan anak berkumpul, saya rasa mertua juga… setelah melewati hari yang menegangkan. Malamnya saya mengajak adek makan di Richeese untuk melepas penat… Thanks To Aldino, adik yang membantu di saat butuh mobilitas tinggi.


Hari Sabtu Minggu dipenuhi dengan kunjungan dari teman dan saudara, ada teman dekat istri, ada Bude Har & Mas Wawan, Mas Arie sekeluarga, Bapak Ibu yang datang dari Probolinggo, hingga keluarga dari Bantur.






Kami berharap hari Minggu sudah bisa kembali ke rumah dan melanjutkan segala persiapan bayi untuk 3 bulan kedepan. Tapi ternyata, kami harus stay satu hari lebih karena bayi terlihat mulai menguning. Bayi akan menguning karena zat bilirubin yang meningkat, zat ini merupakan zat sisa dari sel darah merah yang nantinya akan dihancurkan oleh hati. Pada bayi, organ hati masih belum bisa berfungsi dengan baik dan ASI menjadi pengganti sementara sebagai penghancur bilirubin. Salah satu cara untuk mengurangi kadar bilirubin adalah dengan menjemurnya di bawah sinar matahari pagi sekitar pukul 6.30 – 7.30 selama 15 menit. Pihak rumah sakit menyarankan untuk dilakukan penyinaran pada bayi selama 24 jam di perinatologi. Kami sedih mendengar itu, karena kasihan bayi jika disinar untuk mengurangi bilirubin. Tapi setelah saya melihat sendiri bayi kami disinar… Ya Elah itu kok malah nyaman tidurnya.. haha.


Keesokan harinya kami sudah boleh pulang dengan menyelesaikan administrasi, Alhamdulillah BPJS sangat membantu kelahiran anak kami. Walau bolak balik ngurus administrasi ke BPJS demi kenaikan kelas ke kelas 1 tapi setimpal dengan jaminannya. Pada senin malam, kami pun diijinkan pulang.


Kami menikah pada 2 Oktober 2015 di Yonkes 2/2, dan akad dilakukan di masjid Yonkes 2/2 dan ternyata kami adalah pasangan pertama yang menikah di masjid tersebut dan entah kebetulan atau tidak.. anak kami lahir pada 13 Oktober yang merupakan ulang tahun Yonkes.. Selamat datang putri kecil kami, Alesha!





Thanks to : Mama Papa yang fully support untuk semua proses kelahiran, Aldino yang bantuin mobilitas super cepat, Bapak Ibu yang belain datang dari probolinggo buat lihat Alesha, Mbah di mergosono atas doa dan air zam-zamnya, Tante Ajeng yang nemenin mama dan bawain kita edamame, dan semua yang udah jenguk ke rumah sakit serta semua yang mendoakan proses kelancaran lahirnya Alesha.. Terima kasih semuanya!!