dari nyunyu.com :
‘Lorem ipsum dolor sit amet.’
Ada yang pernah denger atau baca kalimat latin di atas, Kisanak? Mungkin bagi kamu yang punya blog dan suka gonta-ganti template udah nggak asing lagi dengan kalimat ini. Dan ternyata, kalimat ini bukanlah hanya sebatas kalimat yang nggak mempunyai arti atau sekadar template, malah makna dari kalimat ini umm.., dalam banget kayak perasaan orang yang nggak bisa move on dari mantan.
Kalimat itu adalah salah satu penggalan naskah karya sastra seorang sastrawan bernama Cicero pada masa Renaissance, yang ditulis pada tahun 45 sebelum masehi yang arti singkatnya adalah:
‘Demikian pula, tidak adakah orang yang mencintai atau mengejar atau ingin mengalami penderitaan.’
Kanda yakin semua orang di dunia ini takut kehilangan orang yang disayanginya. Kehilangan selalu melahirkan penderitaan, itulah sebabnya orang takut kehilangan karena nggak pengin menderita, seperti makna kalimat di atas yang digarisbawahi.
Dalam hidup tentunya kita menjalani berbagai tahap, pun dengan kehilangan, tetapi nggak semuanya paham dan peka merasakan tahap itu. Untuk kamu yang belum pernah merasakannya, mari kita bahas dan renungkan sambil dengerin lagu Passenger – Let Her Go.
Tahap-tahap yang dirasakan ketika kehilangan seseorang yang disayang adalah seperti ini…
1. Penyangkalan
Nggak semua hal buruk bisa langsung diterima mentah-mentah. Kadang, ada beberapa orang yang masih menyangkal bahwa dia udah kehilangan orang yang dia sayang. Mungkin kamu pun pernah berada di dalam tahap ini.
“Nggak, nggak mungkin dia menghilang gitu aja.”
“Dia kan sayang banget sama gue, udah gitu gue juga deket sama orang tuanya. Masa sih dia pergi semudah itu?”
Pada fase ini kamu mulai merasa menderita karena belum terbiasa dengan hidup tanpa dia. Kamu akan menutup diri karena nggak bergairah menjalani kehidupan. Uring-uringan di kamar, nangis sesengukan.
Kamu belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu telah kehilangan.
2. Marah
Orang yang baru saja kehilangan seseorang yang disayang cenderung pemarah karena emosinya nggak stabil. Kamu bisa gampang banget marah bahkan karena hal yang sangat sepele.
Orang yang baru saja kehilangan seseorang yang disayang cenderung pemarah karena emosinya nggak stabil. Kamu bisa gampang banget marah bahkan karena hal yang sangat sepele.
Di dalam tahap ini, kamu merasa dunia nggak adil. Kamu meluapkan kemarahan dengan berbagai cara seperti update status di sosial media, ngediemin orang di sekitar, atau malah ngadain press conference bahwa kamu baru aja kehilangan kamu sayangi.
Sebetulnya ini adalah hal yang wajar. Dengan marah kamu mengeluarkan emosi negatif di dalam diri, tapi sebaiknya nggak berlebihan juga. Luapkanlah amarah dengan sewajarnya, secukupnya, ingatlah bahwa orang di sekitar kamu nggak seharusnya menerima kemarahan kamu, dan ingat juga bahwa orang yang paling mengerti kamu adalah diri kamu sendiri.
Tapi sebenarnya akar dari kemarahan ini adalah kamu kehilangan seseorang yang kamu sayang karena kesalahan sendiri.
3. Tawar-menawar dengan Keadaan
Setelah merasa lelah untuk marah, setelah kamu mengerti bahwa kenyataan bahwa ini semua udah terlanjur terjadi. Secara nggak sadar kamu melakukan tawar menawar dengan harapan dapat memperbaiki keadaan.
“Bisa nggak ya gue hidup tanpa dia? Ada nggak ya orang yang seperti dia?”
“Seandainya gue nggak ngelakuin hal ini, dia nggak akan pergi.”
“Dia nggak boleh pergi sebelum semua hutangnya dilunasin.”
Kamu akan terus melakukan penawaran dengan harapan semua dapat kembali seperti sedia kala. Tahap ini adalah tahap yang paling menderita dan pathetic. Karena kamu tau, tawar menawar dengan keadaan hanyalah perbuatan sia-sia.
4. Depresi
Setelah lelah menyangkal, marah, dan melakukan penawaran dengan keadaaan, kamu akan merasa terpuruk. Depresi karena tiga hal itu nggak membuat dia kembali, dan hanya membuat kamu tersiksa.
“Nggak ada, nggak mungkin ada orang yang bisa ngegantiin dia.”
“AKU NGGAK BISA HIDUP TANPA DIAAA AAAAK!! @$Y!@&(!!!”
Di tahap ini, kamu merasa hidup kamu hancur. Seluruh kebahagiaan kamu hilang seiring dengan kepergiannya yang membawa lari hati kamu. Dan yang kamu butuhkan adalah support dari orang terdekat, segeralah bercerita keluh kesah dan unek-unek yang memenuhi pikiran kamu sebelum mereka duluan bercerita kepada dokter jiwa.
Dalam fase ini, mungkin saja kamu menemukan seseuatu atau seseorang untuk melupakan segala yang terjadi, tapi ingatlah, ketika sendiri, semua ingatan akan kembali. Rasanya seperti didatangi Dementor dan diserap seluruh kebahagiaannya.
5. Menerima
Menerima. Apa pun sebabnya, baik karena terlalu lelah harus nangis sendiri, atau karena nggak ada yang bisa dilakukan lagi. Namun tetaplah lebih baik jika menerima.
Sekarang saatnya kamu bersyukur udah bisa menerima kenyataan dan memaafkan diri sendiri atas segala kesalahan dan hal bodoh yang udah kamu lakuin. Dengan menerima kenyataan, berarti kamu naik satu tingkat kedewasaan dengan belajar ketabahan. Ingatlah kata pepatah, sesuatu yang nggak berhasil membunuh kamu hanya akan membuatmu lebih kuat.
Semua yang telah lalu biarkanlah berlalu, karena terhitung sejak kamu menerima kenyataan, itulah waktunya kamu membuat lembaran baru dalam kehidupan serta memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sosok yang baik bukanlah yang sempurna, melainkan yang diperbaiki.
Inilah lima tahap ketika kamu kehilangan seseorang yang disayangi. Nah, kamu lagi ngerasain fase yang mana? Curhat aja di kolom comments, nggak usah malu-malu.
No comments:
Post a Comment